Ciri-ciri Pokok Ekonomi Dualistik atau Dual Society

Ciri-ciri Pokok Ekonomi Dualistik atau Dual Society


Telah diutarakan bahwa ekonomi dualistik atau lengkapnya sistem ekonomi dualistik adalah suatu masyarakat yang mengalami dua macam sistem ekonomi yang saling berbeda dan berdampingan sama kuatnya di mana sistem ekonomi yang satu adalah sistem ekonomi yang masih besifat prae-kapitalistik yang dianut oleh penduduk asli dan sistem ekonomi lainnya adalah sistem ekonomi yang diimpor dari Barat yang telah bersifat kapitalistik atau mungkin telah dalam bentuk sosialisme atau komunisme.

Kedua sistem ekonomi tersebut hidup saling berdampingan secara kuat dan bukan dalam bentuk transisional. Oleh karena kedua sistem ekonomi tersebut lebih menyangkut dua bentuk masyarakat, yaitu masyarakat asli Indonesia dan masyarakat Barat dan atau yang telah dipengaruhi oleh Barat, maka lebih tepat disebut masyarakat yang bersifat dualistik atau dual society Untuk masyarakat yang bersifat dualistik dibutuhkan Ilmu Ekonomi yang berbeda untuk yang satu dengan yang lainnya.


Ciri-ciri khusus masyarakat asli Indonesia dari segi ekonomi dikemukakan oleh J.H. Boeke sebagai berikut:

1. Mobilitas faktor-faktor produksi rendah. Mobilitas faktor produksi rendah karena sangat terpengaruh oleh tradisi. Masyarakat yang bersifat tradisional tingkah lakunya telah terikat dalam pola-pola tertentu. Penentuan upah, pembagian pekerjaan dan tugas, jam kerja, penggunaan peralatan modal dan lain-lain bersifat tradisional.

2. Pemisahan yang tajam antara kota dan pedesaan. Ketajaman tersebut sejajar dengan sifat pengaruh masyarakat Barat dengan sifat masyarakat Timurnya sendiri.
Karena peredaran uang dan ekonomi pasar belum menyusup ke masyarakat pedesaan, masyarakat pedesaan mempunyai suatu sifat utama yaitu haus akan kredit. Pertentangan antara kota dan desa sekaligus merupakan pertentangan antara perdagangan industri dengan pertanian dan kerajinan tangan.

3. Pertentangan antara rumah tangga atau perekonomian uang dengan perekonomian barang. Karena perbedaan ini maka pajak yang dikenakan terhadap masyarakat pedesaan yang harus dibayar dalam bentuk uang bersifat sangat memberatkan.

4. Yang satu bersifat mekanistik dan masyarakat pedesaan bersifat organistik. Prinsipnya kehidupan masyarakat Barat sangat bersifat mekanistik dalam arti rasional, zakelijk atau bersifat pamrih, obyektif dalam arti terutama melihat obyek yang hendak dicapai dan kurang perhatian terhadap unsur-unsur subyektif, kenyataan-kenyataan yang bersifat metafisis, faktor berbagai macam perasaan dan lain-lain.
Sedangkan irama dan kehidupan masyarakat Timur sangat ditentukan oleh lingkungan baik lingkungan fisik, lingkungan metafisis maupun lingkungan sosialnya. Kepuasan bertindak dan kepuasan batiniah sangat ditentukan oleh lingkungan-lingkungan tersebut.
Maka dari itu masyarakat Timur lebih mementingkan kebutuhan masyarakat, kebutuhan yang bersifat tradisional, membatasi kebutuhan dan nafsu pribadi dan lain-lain.
Individu sebagai suatu bagian dari organisme masyarakat, fungsi dan kedudukannya, kebutuhan dan kepuasannya sangat ditentukan oleh organismenya sebagai keseluruhan. Baik organisme alam (fisik dan metafisis), maupun organisme sosial serta institusional. Banyak tuduhan tentang indolense, fatalisme dan kemalasan bersumber pada tiadanya pengertian dan penghargaan itu. (Boeke, Ibid, Vide)

5. Masyarakat Barat, perekonomiannya bersifat produsen dan masyarakat Timur berperekonomian konsumen. Azas perusahaan modern belum meresap dalam masyarakat Timur dan konsumen dikuasai oleh alasan non-ekonomis. Seluruh kehidupan dikuasai oleh agama kebiasaan dan tradisi sesuai agama.

Tingkah laku terutama ditentukan oleh kebutuhan untuk merasa senang dan kepuasaannya secara ekonomis mutlak merupakan hal yang sekunder (Boeke, Ibid Vide pagina 36).
Dalam masyarakat yang mempunyai ciri-ciri seperti itu, ilmu ekonomi (yang berasal dari Barat) tidak akan berlaku atau paling tidak berlakunya sangat terbatas.

Teori ekonomi yang berasal dari Barat agar dapat berlaku harus dipenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
  1. Kebutuhan subyek ekonominya tidak terbatas,
  2. Masyarakat telah bersifat rumah tangga uang, (Individualisme)

Sebagai mana diketahui bahwa masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat Timur pada umumnya segala macam kebutuhannya justru diusahakan untuk dibatasi (cegah dhahar lawan guling,....lan aja asukun-sukan angaggowa sawatawis....periksa Serat Wulang Reh; berpuasa, berprihatin, tirakat dan lain-lain), perhitungan-perhitungan uang (kerta-aji belum menyusup pada jiwa masyarakat (masyarakat belum commercialized belum bersifat dagang blantik bahasa Josodipuro 1) dan sifat kemasyarakatan sangat tinggi dalam arti tingkat individualisme masih rendah.
Pendapat atau teori Boeke tersebut mendapat banyak tantangan yang sangat hebat termasuk oleh muridnya sendiri (D.H. Burger), G.H. van Der Kolf dan Aboetari yang juga mempunyai alasan yang kuat.

Postingan populer dari blog ini

Wirausaha Kerajinan dengan Inspirasi Budaya Nonbenda, Sifat-sifat seorang wirausahawan, Percaya Diri, Berorientasikan Tugas dan Hasil, Berani Mengambil Risiko

Karakteristik Negara Berkembang Sebagai Negara Sedang Membangun, Produksi Primer,Tempat Penanaman Modal Asing

Perkembangan Teori Ekonomi Dualistik, Dualisme Lembaga Ekonomi dan Dualisme Ekonomi menurut J.H. Boeke