Sistem Ekonomi dan Struktur Ekonomi, Alam Sebagai Sumber Penghidupan,
Sistem Ekonomi dan Struktur Ekonomi
Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi sistem ekonomi dan dari segi struktur ekonomi. Sistem Ekonomi adalah keseluruhan lembaga dan faktor-faktor meta-ekonomi yang mendukungnya yang digunakan dalam suatu negara dalam mengolah sumber-sumber ekonominya. Struktur Ekonomi) suatu negara adalah keseluruhan komposisi sektor-sektor ekonomi yang ada pada negara bersangkutan.
Dengan melihat struktur ekonomi suatu negara dapat dilihat apakah negara bersangkutan termasuk negara yang sedang membangun atau negara yang telah maju. Negara yang ekonominya berorientasi pada ekspor-impor atau strukturnya seimbang, negara yang sektor swastanya mempunyai peranan strategis atau sektor negaranya yang mempunyai peranan strategis, dan lain-lain.
Perekonomian Indonesia dipandang dari segi sistem ekonomi secara ringkas telah dipaparkan. Dalam bahasan ini dan berikutnya akan dibicarakan perekonomian Indonesia dipandang dari segi struktur ekonomi.
Dengan melihat struktur ekonomi suatu negara dapat dilihat apakah negara bersangkutan termasuk negara yang sedang membangun atau negara yang telah maju. Negara yang ekonominya berorientasi pada ekspor-impor atau strukturnya seimbang, negara yang sektor swastanya mempunyai peranan strategis atau sektor negaranya yang mempunyai peranan strategis, dan lain-lain.
Perekonomian Indonesia dipandang dari segi sistem ekonomi secara ringkas telah dipaparkan. Dalam bahasan ini dan berikutnya akan dibicarakan perekonomian Indonesia dipandang dari segi struktur ekonomi.
Alam Sebagai Sumber Penghidupan
Alam beserta isinya yang merupakan hadiah Tuhan adalah tempat manusia untuk hidup dan berkembang, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, termasuk berbagai macam kebutuhannya.
Dengan makin majunya masyarakat, antara lain yang tercermin dalam kemajuan rasionalita, timbulnya lembaga pemilikan dan lembaga hukum, maka timbul pembatasan-pembatasan terhadap penggunaan kekayaan alam tersebut sebagai sumber penghidupan manusia. Pembatasan- pembatasan tersebut menyangkut perorangan, keluarga, kelompok masyarakat dan juga terhadap suatu bangsa atau suatu negara.
Dengan makin majunya masyarakat, antara lain yang tercermin dalam kemajuan rasionalita, timbulnya lembaga pemilikan dan lembaga hukum, maka timbul pembatasan-pembatasan terhadap penggunaan kekayaan alam tersebut sebagai sumber penghidupan manusia. Pembatasan- pembatasan tersebut menyangkut perorangan, keluarga, kelompok masyarakat dan juga terhadap suatu bangsa atau suatu negara.
Kemajuan suatu masyarakat antara lain dapat dilihat dari kesadaran akan adanya pembatasan-pembatasan tersebut dilihat dari penggunaan rasio yang nampak dalam efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber ekonomi dan dapat dilihat pula dari perkembangan teknologi yang di gunakannya.
Dari segi kekayaan alam yang tersedia, baik yang potensial) maupun yang latensial. Indonesia termasuk rich country atau negara kaya. Kekayaan tersebut dapat disaksikan pada kekayaan laut. kekayaan tambang dan mineral, luasnya lahan yang subur beserta kekayaan-kekayaan alam lainnya.
Dari segi kekayaan alam yang tersedia, baik yang potensial) maupun yang latensial. Indonesia termasuk rich country atau negara kaya. Kekayaan tersebut dapat disaksikan pada kekayaan laut. kekayaan tambang dan mineral, luasnya lahan yang subur beserta kekayaan-kekayaan alam lainnya.
Indonesia Sebagai Daerah Terbelakang
Dibandingkan dengan negara-negara Barat khususnya dan negara-negara Utara pada umumnya, Indonesia masih termasuk daerah terbelakang atau negara yang sedang membangun khususnya ditinjau dari segi kemajuan teknologi, kemajuan ekonomi (terutama dari segi GDP beserta distribusinya), kemajuan dan pelayanan kesehatan, tingkat pemeliharaan barang-barang kolektif, disiplin dan penghargaan terhadap waktu dan lain-lain.
Dari segi atau aspek-aspek tersebut negara-negara Barat telah banyak mengalami kemajuan yang pesat dan melompat-lornpat terutama sejak berkembangnya rasionalisme dan renaisance atau yang dinamakan zaman Aufttlarung (Pencerahan).
Kecuali dari segi kebudayaan (dalam arti sempit dan dalam arti formal), menurut kaca mata Barat sifat keterbelakangan tersebut nampak dalam banyak hal, termasuk skill yang kurang, kurangnya peralatan modal, tingkat pendidikan (formal) yang masih rendah, tingkat kebersihan dan pemeliharaan yang belum tinggi, tidak memadainya infrastruktur, efisiensi dan efektivitas kerja yang masih rendah, tingkat manajemen yang belum tinggi dan lain-lain.
Sifat keterbelakangan tersebut bersifat tali-menali dan merupakan hubungan sebab-akibat yang disebut vicious circle, lingkaran setan atau lingkaran tidak berujung pangkal 1 Keterbelakangan segi ekonomi antara lain nampak pada rendahnya pendapatan perkapita, terbatasnya pasar berbagai macam barang, tingkat spesialisasi yang masih rendah, penggunaan uang giral per kapita yang masih rendah.
Tingkat administrasi yang masih rendah antara lain nampak pada penggunaan pembukuan yang belum meluas, kontrol atau pengawasan (baik formal maupun informal) yang belum memadai, pengawasan pengangkutan yang belum tinggi (kereta api, bis umum, kapal laut dan lain-lain); Administrasi perpajakan pun masih harus ditingkatkan, banyaknya pemalsuan dan penipuan barang yang dipasarkan, banyaknya pelanggaran lalu-lintas dan banyaknya kriminalitas.
Dari segi atau aspek-aspek tersebut negara-negara Barat telah banyak mengalami kemajuan yang pesat dan melompat-lornpat terutama sejak berkembangnya rasionalisme dan renaisance atau yang dinamakan zaman Aufttlarung (Pencerahan).
Kecuali dari segi kebudayaan (dalam arti sempit dan dalam arti formal), menurut kaca mata Barat sifat keterbelakangan tersebut nampak dalam banyak hal, termasuk skill yang kurang, kurangnya peralatan modal, tingkat pendidikan (formal) yang masih rendah, tingkat kebersihan dan pemeliharaan yang belum tinggi, tidak memadainya infrastruktur, efisiensi dan efektivitas kerja yang masih rendah, tingkat manajemen yang belum tinggi dan lain-lain.
Sifat keterbelakangan tersebut bersifat tali-menali dan merupakan hubungan sebab-akibat yang disebut vicious circle, lingkaran setan atau lingkaran tidak berujung pangkal 1 Keterbelakangan segi ekonomi antara lain nampak pada rendahnya pendapatan perkapita, terbatasnya pasar berbagai macam barang, tingkat spesialisasi yang masih rendah, penggunaan uang giral per kapita yang masih rendah.
Tingkat administrasi yang masih rendah antara lain nampak pada penggunaan pembukuan yang belum meluas, kontrol atau pengawasan (baik formal maupun informal) yang belum memadai, pengawasan pengangkutan yang belum tinggi (kereta api, bis umum, kapal laut dan lain-lain); Administrasi perpajakan pun masih harus ditingkatkan, banyaknya pemalsuan dan penipuan barang yang dipasarkan, banyaknya pelanggaran lalu-lintas dan banyaknya kriminalitas.
Perekonomian Dualistik dan J.H. Boeke
Indonesia sebagai daerah jajahan (bekas jajahan) struktur perekonomian atau sistem ekonominya oleh J.H. Boeke dikatakan bersifat dualistis. Sebagai daerah jajahan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dijalankan oleh pemerintah jajahan di Indonesia ada dua corak sistem ekonomi yang sangat berbeda.
Perbedaan tersebut tidak hanya nampak dalam kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan tetapi lebih bersumber pada motivasi yang mendorongnya. Motivasi tersebut didorong oleh latar belakang kebudayaan dan falsafah yang sangat berbeda.
Sistem ekonomi yang satu bersifat rasional, individualistis dan ekonorais, sedangkan sistem ekonomi pada sisi yang lain kurang bersifat rasional. komunalistis dan sosial (lebih bersifat non-ekonomis). Sistem ekonomi yang satu adalah sistem ekonomi yang berasal dari Barat yang dibawa oleh penjajah yang mencakup orang-orang Belanda khususnya dan Eropa pada umumnya beserta orang-orang atau bangsa- bangsa yang dipengaruhinya.
Mereka lebih bersifat materialises, rasionalistis, individualistis dan kebutuhan mereka tidak terbatas. Sistem ekonomi tersebut mungkin berbentuk kapitalisme, sosialisme ataupun kommunisme.
Sistem ekonomi yang lain adalah yang mencakup masyarakat asli, atau mereka yang terpengaruh oleh sistem ekonomi tersebut hidup secara berdampingan di mana motivasi masing-masing sama-sama kuatnya dan masing-masing mempunyai latar belakang kebudayaan dan falsafah yang berbeda- beda.
Perbedaan tersebut tidak hanya nampak dalam kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan tetapi lebih bersumber pada motivasi yang mendorongnya. Motivasi tersebut didorong oleh latar belakang kebudayaan dan falsafah yang sangat berbeda.
Sistem ekonomi yang satu bersifat rasional, individualistis dan ekonorais, sedangkan sistem ekonomi pada sisi yang lain kurang bersifat rasional. komunalistis dan sosial (lebih bersifat non-ekonomis). Sistem ekonomi yang satu adalah sistem ekonomi yang berasal dari Barat yang dibawa oleh penjajah yang mencakup orang-orang Belanda khususnya dan Eropa pada umumnya beserta orang-orang atau bangsa- bangsa yang dipengaruhinya.
Mereka lebih bersifat materialises, rasionalistis, individualistis dan kebutuhan mereka tidak terbatas. Sistem ekonomi tersebut mungkin berbentuk kapitalisme, sosialisme ataupun kommunisme.
Sistem ekonomi yang lain adalah yang mencakup masyarakat asli, atau mereka yang terpengaruh oleh sistem ekonomi tersebut hidup secara berdampingan di mana motivasi masing-masing sama-sama kuatnya dan masing-masing mempunyai latar belakang kebudayaan dan falsafah yang berbeda- beda.
Perekonomian Dualistik dan Perekonomian Transisional
Teori Boeke banyak dipengaruhi oleh teori Werner Sombart terutama pada bukunya, Der Moderne Kapitalismus. Sombart membagi sistem ekonomi menjadi tiga tahap yaitu tahap sebelum kapitalisme (pre-kapitalisme), tahap kapitalisme dan tahap sesudah kapitalisme.
Eropa pernah mengalami tahap pre-kapitalisme, akan tetapi pada umumnya (sewaktu J.H. Boeke menulis bukunya) dalam tahap kapitalisme, meskipun ada yang telah masuk dalam tahap sesudah kapitalisme, na-kapitalisme atau post-kapitalisme. Dari segi pentahapan tersebut Indonesia masih dalam tahap pre-kapitalisme dengan sifat-sifat antara lain seperti disebutkan di depan.
Pada waktu Eropa masih dalam tahap pre-kapitalisme antara lain juga mempunyai sifat-sifat seperti itu. Dalam proses peralihan sifat-sifat tersebut makin melemah dan sifat-sifat kapitalisme makin nampak dan makin kuat. Yang akhirnya menjadi dominan adalah sifat-sifat atau unsur-unsur kapitalisme.
Di Indonesia, perekonomian dualistis, sifat-sifat kedua sistem ekonomi yang hidup berdampingan tersebut sama kuatnya. Untuk membangun perekonomian dualistis tersebut dibutuhkan kesabaran yang tinggi, sangat berhati-hati serta bersifat menyeluruh, termasuk di dalamnya harus dengan meningkatkan pendidikan, meningkatkan rasionalitas dan meningkatkan kebutuhan. Jika tidak demikian pembangunan tersebut malahan akan merusak kehidupan mereka.